HOTLINE : 082327632167 EMAIL : motivislogohimo@gmail.com :
Motivi Slogohimo
SHARE :

UPAYA MENINGKATKAN KONTROL DIRI MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT TAZKIYATUN NAFSI – Erie Khutbawanti, S.Psi.

16
07/2021
Kategori : Uncategorized
Komentar : 0 komentar
Author : Purwanto_Motivi


UPAYA MENINGKATKAN KONTROL DIRI MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT TAZKIYATUN NAFSI

Erie Khutbawanti, S.Psi.

Guru Bimbingan dan Konseling (BK)

SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen

 

            Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, pada masa ini remaja akan mengalami proses dimana remaja tersebut mencari identitas diri dan mulai mengenali bagaimana dirinya. Dalam proses pencarian identitas diri tersebut remaja melakukannya dengan berbagai cara yang beresiko dapat menimbulkan masalah pada diri remaja tersebut dan akan berdampak juga pada lingkungannya. Pada masa ini, remaja juga rentan terhadap konflik karena biasanya terjadi berbagai perubahan-perubahan fisik maupun psikisnya. Pada perubahan fisik remaja ditandai dengan bertambahnya tinggi, berat badan, terjadi pertumbuhan tulang dan otot, serta terjadi kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Sedangkan pada perubahan psikisnya, remaja menemukan bahwa dirinya merasa mampu memenuhi tanggung jawab seperti orang dewasa.

            Konflik yang berkepanjangan yang dapat menyebabkan remaja memunculkan perasaan frustasi apabila remaja tersebut belum mampu menyelesaikan berbagai tekanan yang dialaminya. Kemudian dari reaksi dan ekspresi yang muncul dari perasaan frustasi yang dialaminya, membuat seorang remaja berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat, dari hal tersebut memunculkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti terjadinya perkelahian, saling menggunakan kekerasan, melakukan kekejaman, serta berperilaku agresif yang lainnya. Ketidak mampuan mereka dalam mengendalikan emosi maupun perilaku menjadikan mereka kurang dapat mengontrol dirinya baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan di sekitarnya.

Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu yang ada dilinkungan sekitar. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola Faktor-Faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keingnan mengubah perilaku agar sesuai denan orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konfom dengan orang lain dan menutupi perasaan. Tugas seorang remaja adalah memiliki tanggung jawab serta mampu memahami nilai-nilai yang telah ada dimasyarakat. Seorang remaja juga harus mampu mengendalikan dorongan-dorongan yang menjadi kebutuhan pemuasan untuk dirinya agar remaja tersebut tidak melanggar norma dan aturan yang sudah berlaku, hal tersebut menjadikan remaja sadar dan peka terhadap norma yang ada dalam masyarakat.

Ada enam peserta didik kelas VIII SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen yang mempunyai kontrol diri yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut Guru Bimbingan dan Konseling (BK) kemudian memberikan layanan konseling kelompok dengan teknik self manajement tazkiyatun nafsi kepada peserta didik  mempunyai kontrol diri rendah. Layanan konseling kelompok sangat tepat digunakan karena layanan ini merupakan pemberian bantuan pada peserta didik yang bermasalah dengan memanfaatkan dinamika kelompok sehingga dalam sekali layanan akan ada beberapa peserta didik yang terbantu. Kemudian tekhnik self managemen tazkiyatun nafsi digunakan karena pada teknik ini merupakan pendekatan cognitif behavior yang dirancang untuk membantu siswa mengontrol dan mengubah tingkah  lakunya sendiri ke arah yang lebih efektif memasukkan nilai-nilai yang terkandung  dalam  tazkiyatun  nafsi  pada  strategi Self management.

Adapun langkah-langkah pelasanaan konseling kelompok: (1) kegiatan pra komseling: Guru BK mengumpulkan dan menganalisis data anggota kelompok yang mempunyai kontrol diri rendah, membuat kesepakatan hari, menyusun RPL. (2) Tahap Awal (beginning stage) konseling kelompok: Guru BK menerima kedatangan peserta didik (anggota kelompok), membangun hubungan baik, salam, doa dan mengajak anggota kelompok membangun sepemahaman tentang pengertian, tujuan dan manfaat dari konseling kelompok, menjelaskan asas, menyampaikan kesepakatan waktu dan melakukan ice breaking. (3) Tahap Transisi (transition stage) konseling kelompok: Guru BK mengingatkan kembali kepada anggota kelompok akan kesepakatan waktu dan meyakinkan kembali akan kerahasiaan dari masalah yang nanti diceritakan anggota kelompok. Guru BK juga menganalisis suasana kelompok dan menawarkan kepada anggota kelompok untuk masuk tahap kerja. (4) Tahap Kerja (working stage) konseling kelompok: Guru BK menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk masuk tahap kerja, lalu Guru BK memberikan kesempatan masing-masing anggota kelompok untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapi, kemudian guru BK bersama anggota kelompok menetapkan masalah mana yang dibahas dan bersama-sama mencari solusi (masalah yang dipilih tentu masalah yang urgen untuk segera diselesaikan). Guru BK menjelaskan tekhnik yang akan diambil untuk menyelesaikan permasalahan anggota kelompok yaitu dengan self managemen tazkiyatun nafsi. Program Tazkiyatun nafsi ini  terdiri  dari:  niat,  sholat sunat dhuha, sholat wajib  5 waktu, sholat sunat rawatib dan  qiyamul  lail  serta pemaknaan puasa. Aspek psikologis yang terkandung setiap program Tazkiyatun nafsi diantaranya adalah Niat, niat mereferensikan sesuatu yang ingin dicapai,  karena  itu  setiap  muslim  harus  senantiasa  memperbaiki  niat  dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk Allah semata.

Niat merupakan penggerak individu untuk  melakukan  sesuatu, dengan mendapatkan materi niat ini diharapkan dapat merubah sikap dan motif siswa  untuk  menjadi  lebih  terarah.  Sholat  (fardhu  dan sunat) dapat memunculkan sikap disiplin, dan dapat melatih untuk dapat fokus. Puasa  melatih  disiplin  dan  melatih  diri  untuk  memiliki  kemampuan  dalam mengendalikan diri/self control. Tazkiyatun nafsi dalam membentuk akhlak mulia dapat di tunjukan dengan, Pertama bisa  dilihat dari Change behavior (Perubahan sikap, ketenangan bathin). Kedua bisa dilihat dengan jiwa santri yang taat dalam beribadah, yang di sertai peningkatan dalam kualitas dan kuantitas ibadah kepada Allah, tepat  waktu  dalam  menjalankan  ibadah  yang  wajib  dan  selalu  menjaga  hal- hal  yang  di  sunahkan. Ketiga adanya  sikap  yang  timbul  pada  santri  berupa  jujur dalam berucap, sopan santun kepada sesama, timbul sikap tawadhu, zuhud, qonaaah dll.  Keberhasilan tersebut dapat tercapai oleh semua santri yang ditentukan oleh faktor-faktor diantaranya  ada  pemahaman akan teori, pengamalan akan praktik ibadah dan riyadhonya dan yang paling utama ialah ada pada kebersihan hati para santri.

Guru BK memberikan reinforcement atau penguatan pada peserta didik (anggota kelompok yang bermasalah) untuk berkomitmen melaksanakan selama satu bulan sesuai dengan tahapan yang sudah diberikan berdasarkan tahapan dalam self management tazkiyatun nafsi. Tahap Pengakhiran (Terminating Stage) konseling kelompok: Guru BK merefleksi berbagai pengalaman anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan dan menutup kegiatan dengan berdoa dan salam.

 Hasil dari kegiatan konseling kelompok setelah satu bulan (sesuai dengan Langkah-langkah self management tazkiyatun nafsi) adalah dari enam peserta didik yang mengalami kontrol diri yang rendah bisa dilihat hasil postest terdapat peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik yaitu pada presentase 61% – 80% pada saat proses pelaksanaan tindakan siswa sudah mulai aktif dan menyampaikan pendapat srta pengalamannya. Dan ini bisa dilihat bahwa setiap siklusnya mengalami peningkatan dan sudah mencapai target keberhasilan tindakan yang diharapkan yaitu pada skor 61% – 80%. Yang dimaksud pada skor tersebut adalah subyek berada dalam kategori baik.

Berita Lainnya



Tinggalkan Komentar