18
07/2024
|
15
04/2023
|
Kategori : Aplikasi / Berita / Company / Profile / Tak Berkategori / Uncategorized Komentar : 0 komentar Author : budi haryono |
Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Oleh :
Budi Haryono
Guru SD Negeri 2 Sokoboyo
Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Wonogiri
Berikut Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran berdasarkan 14 buah pertanyaan:
Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang terkenal dengan konsepnya tentang “Patrap Triloka”. Sebagai seorang guru, segala tingkah lakunya memang dianggap sebagai role model bagi masyarakat, oleh karena itu pembentukan nilai diri harus menjadi teladan bagi muridnya. Untuk memudahkan seorang guru dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman seorang guru harus memilki dan berpedoman pada asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”. Dengan pratap triloka tersebut maka seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil keputusan yang tepat serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai yang tertanam pada sorang guru seharusnya adalah nilai-nilai kebajikan. Karena nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri guru diibaratkan seperti gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan karakter sebagai pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dalam mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.
Keterampilan Coaching merupakan keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotovasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.
Kegiatan Coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan itu sudah berpihak pada siswa, apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu bermanfaat bagi banyak orang, apakah keputusan itu dibenarkan? harus dapat mengetahui dan memahami kebutuhan belajar dan keadaan sosial dan emosional siswa Siswa harus mampu memecahkan masalah mereka sendiri dalam studi mereka sendiri. Dalam hal ini guru sebagai coach adalah seorang guru karena ia menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri. Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan lingkungan yang nyaman.
Sesi coaching membantu guru memaksimalkan potensi mereka dan memecahkan masalah. Hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan teknik coaching untuk mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid.
Dalam melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awareness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran.
Sebagai pemimpin pembelajaran, pendidik harus mampu melihat masalah yang dihadapinya, apakah itu dilema etika atau bujukan moral. Pendidik dengan nilai-nilai pendidik yang inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif dapat membimbing peserta didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi tantangan. Melakukan dan bertindak untuk kepentingan murid, menjunjung tinggi prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita ingin orang lain lakukan terhadap kita. Ada banyak cara untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab: Pertimbangan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji keputusan dalam kaitannya dengan masalah yang dihadapi. Dan jika masalah tersebut dilema etika atau benar VS benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Sebagai seseorang pemimpin pembelajaran kita seringkali dihadapkan dalam situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, tetapi terkadang pada pengambilan keputusan terutama dalam situasi problem yang kita hadapi masih kesulitan contohnya lingkungan yg kurang mendukung, bertentangan menggunakan peraturan, pimpinan tidaak merespon lantaran merasa lebih berwenang, & meyakinkan orang lain bahwa keputusan yg diambil telah sempurna, perbedaaan dalam cara pandang dan adanya dilema etika dan bujukan moral. Untuk bisa membuat sebuah keputusan yg sempurna & berdampak dalam terciptanya lingkungan yg positif, kondusif, kondusif & nyaman, hal pertama yg wajib kita lakukan merupakan mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tadi termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip & 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun lingkungan yg positif, kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya pengambilan keputusan yg sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema etika hanya bisa dicapai bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat , maka hal tadi akan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
Tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika bisa sangat kompleks dan memerlukan pemikiran yang mendalam. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa dalam situasi dilema etika, keputusan yang diambil dapat memiliki dampak berpotensi merugikan salah satu atau beberapa pihak yang terlibat.
Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Jika kita berpedoman pada 3 prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.
Sebagai seorang guru, saya merasakan dampak yang begitu terasa dan terlihat terkait materi pengambilan keputusan pada modul 3.1 ini. Tujuan dari belajar adalah memerdekakan siswa, agar ia mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia miliki. sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat. Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan.
Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran, seorang guru harus bisa menuntun kodrat anak sebaik-baiknya dalam rangka menuntun mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu dalam proses pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.
Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam sebuah keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Ini juga membantu siswa menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri. Keterampilan cocaching dapat diterapkan pada teman sebaya dan masyarakat terkait dengan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Selanjutnya pengambilan keputusan membutuhkan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan interpersonal (relationship skills), dan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam kesadaran penuh (mindfullness) dan sadar dengan pilihan dan hasil yang berbeda.
Dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki profil pelajar pancasila, ada banyak kasus dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi dimana kita harus mengambil keputusan dimana terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Namun sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan
Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya berfikir hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat benar-salah. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selam ini saya berargumen jika pengambilan keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit terhadap institusi dan diri sendiri.
Sebelum mempelajari modul ini, saya mengalami masalah atau kasus yang berkaitan dengan dilema etika. Keputusan yang saya buat saat itu sering kali didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika.
Dalam kasus keyakinan moral atau dilema moral, saya berada dalam situasi seperti itu, tetapi ketika itu terjadi, saya mencoba untuk berpikir dan menganalisis baik buruknya situasi yang saya hadapi dan mengambil keputusan. Kolega, teman, atau anggota keluarga yang Anda anggap sebagai teladan atau teladan. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang Anda pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan.Saya juga merasa mendapatkan wawasan yang berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah yang saya hadapi.
Saya percaya bahwa pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat penting, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, untuk dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur.kekarang saya mengerti bagaimana keputusan dibuat. Membuat keputusan serta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan memberi saya kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan membuat keputusan ini dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.
Terima Kasih.
18
07/2024
|
2
03/2024
|
3
02/2024
|
19
01/2024
|
27
11/2023
|
20
11/2023
|
Recent Comments